شَرُّ الْوَرَى بِعُيُوْبِ النَّاسِ مُشْتَغِلُ …. مِثْلُ الذُّبَابِ يُرَاعِي مَوْطِنَ الْعِلَلِ
Seburuk-buruk manusia adalah yang
hanya sibuk mencari aib/kekurangan orang-orang…. Seperti lalat yang
hanya memperhatikan bagian luka
فَعَيْنُهُ أَبَداً باِلسَّوْءِ مُغْرَمَةٌ …. فَلاَ يَرَى غَيْرَ قَبِيْحِ الْفِعْلِ وَالْخَلَلِ
Selalu saja matanya tertarik dengan melihat keburukan… Maka tidaklah ia memandang kecuali perbuatan buruk dan kesalahan…
وَلاَ تَرَى عَيْنُهُ إِلاَ مَسَاوِئَنَا …. وَتَشْتَهِي رُْؤَيَةَ الأَوْضَارِ وَالزَّلَلِ
Tidaklah matanya melihat kecuali keburukan-keburukan kita…Bahkan ia senang jika melihat kotoran-kotoran dan ketergelinciran…
يَكْبِلُ النَّاسَ بِالأَصْفَادِ تَمْنَعُهُمْ …. مِنَ النُّهُوْضِ وَتَفَشِّي الْحِسِّ بِالْفَشَلِ
Ia mengikat manusia dengan belenggu yang menahan mereka …untuk bangkit dan menjadikan orang-orang selalu merasa gagal…
Ada sebagian orang yang hobinya hanya mencari-cari kesalahan dan kekurangan, hampir-hampir tidak ada sesuatupun yang menyenangkannya. Tidaklah ia memandang makanan yang lezat terhidangkan kecuali matanya tertuju pada sehelai rambut yang tidak sengaja terjatuh di atas makanan tersebut, lalu diapun mencela makanan tersebut!
Tidak ada buku yang baik dan bermanfaat kecuali matanya tertuju pada kesalahan cetak yang terdapat pada buku tersebut, tidaklah ia melihat pakaian yang bersih kecuali matanya tertuju pada setetes tinta yang –tanpa sengaja- mengotori baju tersebut.
Jika ia mengendarai kendaraan sahabatnya, maka spontan ia berkata, “udah tua model mobilmu!”. Jika ia masuk ke rumah sahabatnya ia spontan berkata, “perabot rumah udah lama dan usang, kenapa tidak diganti-ganti? apa tidak bosan?“. Jika ia pulang kerumahnya –sementara istrinya sudah berjam-jam menyiapkan hidangan makanan- maka ia berkata, “kenapa engkau tidak membuatkan aku makanan ini dan itu?“, padahal istrinya telah menyiapkan berbagai macam hidangan.
Lihatlah adab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata :
مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
طَعَامًا قَْط كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ
تَرَكَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak
pernah mencela makanan, jika ia suka maka ia makan, dan jika ia tidak
suka maka beliau tinggalkan” (HR Al-Bukhari no 3563 dan Muslim no 2064)Anas bin Maalik radhiallahu ‘anhu berkata,
وَاللهِ لَقَدْ خَدَمْتُهُ تِسْعَ سِنِيْنَ مَا عَلِمْتُهُ
قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ أَوْ لِشَيْءٍ
تَرَكْتُهُ هَلاَّ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا؟
“Demi Allah aku telah melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam selama sembilan tahu, aku tidak pernah mengetahuinya berkata
kepada apa yang aku kerjakan, “Kenapa engkau melakukan ini dan itu”, dan
tidak juga pernah berkata kepada sesuatu yang aku tinggalkan, “Kenapa
engkau tidak melakukan ini dan itu?” (HR Muslim no 2309).Jadilah engkau seperti lebah yang hanya mengambil kebaikan dari sari-sari bunga dan meninggalkan keburukan-keburukan, bukan seperti lalat yang mencari-cari luka-luka yang bau. Sungguh kasihan orang yang modelnya seperti ini, ia menyiksa dirinya dan juga menyiksa orang lain. Tidak ada sesuatupun yang memuaskan dirinya, dan perkataannya selalu menyakiti perasaan orang lain, perasaan sahabatnya, bahkan perasaan istrinya. Bahkan bisa jadi orang-orang akan membalas perbuatannya, mencari-cari dan mengumbar kesalahan-kesalahannya !
Al-Imam As-Syaafi’i rahimahullah berkata :
إَذَا رُمْتَ أَنْ تَحْيَا سَلِيْماً مِنَ الرَّدَى …. وَدِيْنُكَ موفورٌ وَعِرْضُكَ صَيِّنُ
Jika engkau ingin hidup selamat dari kehinaan…. Agamamu terjaga demikian pula harga dirimu…
فَلاَ يَنْطِقَنْ مِنْكَ اللِّسَانُ بِسَوْأَةٍ …. فَكُلُّكُ سَوْءَاتٌ وَلِلنَّاسِ أَلْسُنُ
Maka janganlah sekali-kali lisanmu
mengucapkan keburukan….Sesungguhnya seluruh dirimu adalah kekurangan dan
orang-orang juga memiliki lisan (yang bisa mencelamu)
وَعَيْنَاكَ إنْ أَبْدَتْ إِلَيْكَ مَعَايِباً …. فَدَعْهَا ، وَقُلْ يَا عَيْنُ لِلنَّاسِ أَعْيُنُ
Dan jika kedua matamu melihat aib-aib
(orang lain)… maka tinggalkanlah dan katakanlah kepada matamu, “Wahai
mataku, sesungguhnya orang-orang juga memiliki mata”
وَعَاشِرْ بِمَعْرُوفٍ ، وَسَامِحْ مَنِ اعْتَدَى …. وَدَافِعْ وَلَكِنْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Hendaknya engkau bergaul dengan cara
yang baik, maafkanlah orang yang bersalah kepadamu…Serta tolaklah
kesalahan orang tersebut akan tetapi dengan cara yang terbaik
Ingatlah kata Imam As-Syafi’i, “dirimu seluruhnya adalah kekurangan!“.
Jika orang lain ingin mencari kesalahanmu maka seluruh bagian tubuhmu
bisa menjadi bahan celaan, songkokmu, kaca matamu, cara jalanmu,
wajahmu, tubuhmu, semuanya bisa jadi bahan celaan!Tapi…
Ini bukan berarti kita meninggalkan nasehat, bahkan menasehati kesalahan-kesalahan merupakan kewajiban. Akan tetapi janganlah terlalu detail dan bersikap “mencari-cari”, akan tetapi kesalahan yang jelas nyata dan tersebar maka tegakkanlah nasehat sebagai pengamalan perintah Allah dan RasulNya dalam ber-nahi mungkar!
Wallahu A’lam bi As-Showaab
—
Penulis: Ustadz Firanda Andirja, Lc., MA.
Artikel Muslim.Or.Id
Picture www.theguardian.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar